SIKAP

04/05/2010 00:36

Sikap

a. Pengertian Sikap

Dalam penelitian ini, ada beberapa definisi yang digunakan peneliti untuk memformulasikan pengertian sikap dari beberapa teori dan pendapat dari para penulis buku maupun para ahli. Pengertian dari sikap tersebut terungkap seperti berikut ini. 

define an attitude as the degree of positive or negative affect associated with some psychological object. By a psychological object, Thurstone means any symbol, phrase, slogan, person, institution, ideal, or idea toward which people can differ with respect to positive or negative effect (Thurstone  dalam Edwards, 1957:2).

 

Artinya sikap adalah intensitas tentang pengaruh positif atau negatif yang dihubungkan dengan beberapa objek psikologis". Objek psikologis menurut Thurstone seperti simbol, ungkapan, semboyan, orang, institusi, cita-cita, atau gagasan terhadap orang yang berbeda berkenaan dengan pengaruh hal positif atau negatif.

Menurut Eloy Zalukhu (2008) sikap adalah apa yang terjadi dalam diri seseorang, pikiran - pikiran dan perasaan - perasaan; tentang diri sendiri, orang lain, keadaan dan kehidupan secara umum. Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal.

Azwar (2000 : 6) mengatakan bahwa sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, obyek atau isue. Menurut Azwar contoh sikap peserta didik terhadap objek misalnya  sikap terhadap sekolah atau terhadap mata pelajaran. Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran harus lebih positif setelah peserta didik mengikuti pembelajaran dibanding sebelum mengikuti pembelajaran. Perubahan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran.  Untuk itu pendidik harus membuat rencana pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta didik yang membuat sikap peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif.

Menurut artikel yang ditulis dalam Wikipedia, the free encyclopedia diungkapkan “an attitude is a hypothetical construct that represents an individual's degree of like or dislike for an item. Attitudes are generally positive or negative views of a person, place, thing, or event this is often referred to as the attitude object”. Artinya sikap adalah suatu pengembangan  hipotetis yang menggambarkan/menunjukkan derajat kesukaan atau tidak sukaan seseorang terhadap sesuatu. Sikap secara umum merupakan pandangan positif atau negatif dari seseorang, tempat, hal, atau peristiwa yang sering dikenal sebagai obyek sikap. Diungkapkan juga bahwa, “Attitudes are judgments. … Most attitudes are the result of either direct experience or observational learning from the environment”.  Artinya sikap adalah sebuah penilaian dan pada umumnya sikap adalah hasil pembelajaran dari pengalaman atau pengalaman langsung dari lingkungan.

Menurut Fishbein dan Ajzen (Djemari Mardapi, 2008:105) sikap adalah predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu obyek, situasi, konsep, atau orang.

Dari semua pengertian yang di ungkapan di atas dapat diambil sebuah pengertian tentang sikap, yaitu sikap adalah penilaian seseorang terhadap suatu obyek, situasi, konsep, orang lain maupun dirinya sendiri akibat hasil dari proses belajar maupun pengalaman di lapangan yang menyatakan rasa suka (respon positif) dan rasa tidak suka (respon negatif).  Sikap merupakan salah satu tipe karakteristik afektif yang sangat menentukan keberhasilan seseorang dalam proses pembelajaran. Ranah ini penting untuk ditingkatkan (Popham, 1995:179-180) karena sikap siswa akan menentukan seberapa jauh siswa mau belajar tentang sesuatu misalkan belajar matematika.

b.      Komponen Sikap

Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu (Azwar S., 2000 : 23-27):

1) Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.

2) Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional.

     Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.

3) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak / bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.

b.      Tingkatan Sikap

Menurut Azwar (2005) sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni:

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.

 

3)   Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya, dsb) untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.

c.       Cara Pengukuran Sikap

Pengukuran dan pemahaman terhadap sikap, idealnya harus mencakup lima dimensi sikap yaitu arah, intensitas, keluasan, konsistensi, dan spontanitas. Untuk melakukan pengukuran kelima dimensi sikap tersebut sangatlah sulit karena belum ada instrumen pengukuran sikap yang dapat mengungkap kelima dimensi tersebut. Dari sekian banyak skala pengukuran sikap yang digunakan dalam pengukuran sikap hanya dapat mengungkapkan dimensi arah dan intensitas sikap saja, yaitu hanya menunjukkan kecenderungan sikap positif atau negatif dan memberikan tafsiran mengenai derajat kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap respon individu (Azwar, 2005:85-87)

Untuk mengukur sikap siswa dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti observasi perilaku, penanyaan langsung, pengungkapan langsung, dan menggunakan skala sikap. Observasi perilaku dilakukan dengan cara mengamati perilaku seseorang yang sifatnya konsisten (berulang). Dari perilaku yang berulang-ulang tersebut, dapat disimpulkan bagaimana sikap seseorang terhadap sesuatu. Pengukuran sikap dengan penanyaan langsung  dilakukan dengan cara menanyakan langsung terhadap orang yang bersangkutan. Hal ini dilakukan dari asumsi bahwa individu yang paling tahu tentang dirinya sendiri. Dengan demikian dengan melakukan penanyaan langsung terhadap seseorang dapat diketahui tentang sikapnya terhadap sesuatu. Prosedur pengungkapan langsung dilakukan dengan aitem tunggal sangat sederhana. Responden diminta menjawab langsung suatu pertanyaan sikap tertulis dengan memberi tanda setujua atau tidak setuju. Penyajian dan pemberian responnya dilakukan secara tertulis memungkinkan individu untuk menyatakan sikap secara jujur bila tidak perlu menuliskan nama dan identitasnya. Metode yang terakhir yaitu menggunakan skala sikap. Metode ini dianggap sebagai metode yang paling andal jika dibanding dengan metode yang lain. Skala sikap berupa kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai suatu objek sikap. Dari respon subjek pada setiap pernyataan itu kemudian dapat disimpulkan mengenai arah dan intensitas sikap seseorang. Selain itu dengan skala sikap dapat juga diungkapkan mengenai keluasan serta konsistensi sikap seseorang (Azwar, 2005:87-93). Dalam penelitian ini digunakan metode pengukuran dengan skala sikap dan observasi perilaku selama pembelajaran berlangsung. Dari hasil pengukuran sikap ini dapat dilihat bagaimana sikap siswa terhadap matematika, sehingga dapat dilihat peningkatan sikap positif siswa terhadap matematika setelah penerapan problem-based learning. 

d.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap objek sikap antara lain :

1. Pengalaman Pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

     Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

3. Pengaruh Kebudayaan

           Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.

 

4. Media Massa

Dalam pemberitaan surat kabar mauoun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyekstif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

     Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.

6. Faktor Emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. (Azwar, 2005:30-38).

Back

Search site

yudhiproduction© 2010

https://wahyudiuksw.webnode.com